myPortfolio
 
1.    EXT. DAERAH PERKANTORAN DI JAKARTA – SIANG

Montage dari foto-foto para perempuan dengan berbagai profesi mereka masing-masing. Ada perempuan dengan latar pengemis, perwira, seniman, intelektual worker, bahkan kenek dan anak-anak perempuan.

Juga ada montage anak-anak perempuan yang mengemis dan berjualan, dan diakhiri dengan ibu-bu melahirkan.

Cut to layar hitam.

Judul :    “ Perempuan ”

Cut to.

2.    EXT. TROTOAR DEPAN RUKO PINGGIR JALAN-MALAM.

Pintu rolling ruko sudah tertutup rapat. RERE, seorang perempuan berambut pendek, 19 tahun, menghisap dalam-dalam rokoknya yang sudah hampir habis. Lalu ada perempuan lainnya yang sedang bersandar lemah pada tiang lampu merah tidak jauh dari tempat ia berdiri. Perempuan berambut pendek itu menghampirinya.

                                                            Perempuan (V.O.)
                                        Jangan salahkan perempuan, jika ia menentangmu.
                                        Jangan salahkan perempuan, saat kalian
                                        melihatnya hanya terlentang diam.

3.    Ext. GANG MENUJU KONTRAKAN RIANA-MALAM.

Langit malam sedang di penuhi bintang-bintang. RIANA, 35 tahun, perempuan dengan rambut sebahu, berjalan dengan begitu gemulai. Angin malam bertiup pelan seakan mengiringi RIANA. AYAH RERE, 45 th, berjalan mengikuti Riana. Ia mengenakan kemeja ungu dengan dasi terpasang rapi, celana panjang, dan sepatu kulit berwarna coklat yang terlihat mengkilat. Langkahnya terkesan tidak sabaran. Sesekali Ayah Rere mencolek pinggang Riana. Riana tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya tersenyum sambil mengibaskan tangannya kebelakang. Tidak berapa lama mereka tiba di muka rumah kontrakan Riana. Saat Riana membuka kunci kamarnya, Ayah Rere itu masih berdiri di muka pagar. Ayah Rere menoleh ke kiri dan ke kanannya. Riana menoleh ke arah pria itu dan masuk kedalam kamar. Ia biarkan pintunya setengah terbuka.

Setelah membuang puntung rokok yang dihisapnya, Ayah Rere langsung masuk kedalam kamar Riana dan menutup pintu kamar.

4.    INT.KAMAR RIANA-MALAM.

Keadaan kamar remang-remang, hanya di terangi bolham 15 watt yang berpijar kekuning-kuningan. Sementara Riana masih membereskan ranjang, Ayah Rere cepat-cepat membuka celana lalu mematikan lampu. Cahaya dalam kamar yang hanya berasal dari sela lubang udara di atas pintu dan jendela, membuat bayangan pada dinding kamar akan apa yang sedang terjadi di dalam bagai permainan wayang kulit. Bayangan saat Riana menanggalkan bajunya, dan Ayah Rere langsung merebahkannya di atas ranjang dengan penuh nafsu. Wajah Riana mengeram menahan rasa sakit. Ada sesuatu yang berbeda dari gerak tubuhnya. Ada kesedihan yang mengalir pelan melalui garis-garis lekuk tubuh Riana saat menggeliat karena orgasme.

                                                            Riana (V.O.)
                                        Aku yang tanggalkan bajuku. Aku yang membelah
                                        pahaku. Tapi aku tetap merasa diperkosa.

Setetes air mata jatuh pada semangkuk susu. Tetes air itu berwarna hitam. Ia berputar-putar mencoba mencari celah dan jalannya. Ia berputar semakin cepat agar dapat membaur dan diterima. Semangkuk susu itu tetap berwarna putih. Noda hitam itu terombang ambing ke arah pinggiran mangkuk.

Ayah Rere yang baru saja bermesra-an dengan Riana, meneguk segelas susu putih, dan baru mengancingkan kemeja yang dikenakan sebelumnya.

Riana, menumpukan dagunya pada kedua ujung lutut. Badannya hanya tertutup selimut. Setelah mengancingkan kancing terakhir dari bajunya, Ayah Rere mengambil beberapa lembar uang kertas dari dalam dompet dan melemparkannya ke atas kasur. Riana menoleh ke arah Ayah Rere. Sambil membiarkan Pria setengah baya itu berlalu dari pandangannya, Riana mengusap lembut cincin kawin yang terselip di jari manisnya.

                                                            Riana (V.O.)
                                        terhitung, hanya sebagai sekumpulan
                                        penopang materi harga dari jiwa yang
                                        dulu kau pinta dan kuserahkan?

Ayah Rere terus keluar dari rumah Riana tanpa sepatah katapun.

5.    EXT. DEPAN RUMAH RIANA-MALAM.

Bulan terus meninggi. Sudah lewat tengah malam, alunan kendaraan masih terus bersuara. Riana melangkah keluar dari rumah kontrakannya. Di raut wajahnya tersirat kesunyian. Dia terus berjalan melewati gang-gang disekitar rumah. Ada banyak wajah yang melihatnya di jalan. Wajah-wajah pencemburu yang langsung menarik lengan suaminya begitu mereka berpapasan, wajah-wajah mesum dan jahil. Riana mengibaskan tangannya keras pada beberapa tangan yang mencoba menjamah tubuhnya.

6.    INT. KAMAR RERE-MALAM.

Rere, terlihat tertidur pulas di dalam kamar. Wajahnya begitu melankolis dan sendu. Samar DERU SUARA MOBIL terdengar memasuki garasi dan berhenti. Tiba-tiba saja Rere dikagetkan oleh suara TERIAKAN. Teriakan lagi. Selalu teriakan sama yang membuat ia terbangun. Ayah Rere baru saja pulang dan langsung bertengkar dengan ibunya. Dari pintu kamarnya yang setengah terbuka, ia dapat melihat bayangan tangan ayahnya menampar ibunya, masuk ke dalam kamar. Bayangan pada lantai menggambarkan dengan jelas apa yang sedang terjadi. Ibunya terjatuh. Ia melihat bayangan ayah Rere mengeluarkan sabuk dari pinggangnya. Rere bangkit, mengambil jaket, dan keluar dari dalam kamar. Saat melewati ayahnya ia bergumam;

                                                            Rere
                                        Sampah !

Ayah Rere, pria setengah baya yang baru saja pulang dari rumah Riana, marah besar dan memakinya. Rere tidak memperdulikannya. Ia hanya mempercepat jalannya ke arah pintu depan rumah sambil terus memandang ayahnya sinis, dan langsung membanting pintu depan rumah.

7.    EXT. TROTOAR PEMBATAS LAJUR JALAN RAYA-MALAM

Rere terus berlari, berlari, dan berlari dalam iringan lampu-lampu jalan raya. Entah sudah berapa jauh dia berlari. Rere melihat sekelompok pemuda berputar-putar mengelilingi seorang gadis yang terlihat tidak berdaya. Riana yang juga baru tiba dari arah yang berlawanan dengan Rere, hanya berbelok melewati para pemuda, menuju taman. Rere menghampiri kelompok pemuda dan ikut berputar mengelilingi gadis yang duduk tak berdaya. Rere tertawa. Sambil terus berputar ia menghisap rokok yang baru saja diberikan salah satu pemuda itu. Semuanya jelas tersirat seperti apa yang ia ingin. Seperti perasaannya yang mengatakan; segalanya akan lebih mudah jika ia laki-laki. Tak perlu menjadi yang lemah dan tertindas. Rere berjalan mundur, menjauh dari kelompok pemuda yang masih terus berputar.

Rere bersandar pada tembok sambil menghisap dalam-dalam rokoknya yang sudah hampir habis. Ia melihat Riana yang sedang bersandar lemah pada pagar taman. Rere menghampiri Riana dan mengulurkan tangannya. Riana menjabat tangan Rere dan mengucapkan namanya. Rere duduk disisi kiri Riana. Mereka sama-sama duduk bersandar pada pagar taman. Ada kesepian yang sama dalam hati mereka. Mata mereka menerawang memandang langit. Tiba-tiba saja Rere menyentuh tangan kiri Riana dengan tangan kanannya. Riana terdiam sesaat. Lalu Riana balas menggenggam tangan perempuan muda berambut pendek itu. Riana menyandarkan diri pada bahu Rere. Perlahan tangan kanan Riana memegang tangan kiri Rere, dan mengangkatnya kearah pipi Rere. Riana mengelus lembut pipi Rere. Wajah mereka saling mendekat.

8.    INT.KAMAR RIANA-MENJELANG SUBUH

Riana menatap wajah Rere yang tertidur di sebelahnya dalam-dalam. Badan mereka hanya ditutupi selimut. Riana membelai pipi Rere yang tidur menghadap ke arahnya dengan lembut. Perlahan, sambil bergumam mata Riana mulai tertutup.

                                                            Riana
                                        Jika malam ini kamu mimpi bertemu Tuhan, ...

Mereka terbawa ke alam mimpi.

9.    INT.RUANGAN SERBA PUTIH/ALAM MIMPI RIANA.

Ada sebuah alam, sebuah perantara dari kesadaran kepada hasrat. Dimana cahaya begitu jelas bersinar tanpa noda. Seorang perempuan tanpa sehelai pakaian membungkuk seperti jabang bayi. Perlahan perempuan itu bangkit sambil berputar. Sebuah simbolik dari kelahiran sang hawa.

                                                            Riana (V.O.)
                                        Tolong tanyakan, kenapa Hawa terlahir
                                        hanya untuk di perkosa ?!

Perempuan itu berdiri tegak diatas kedua ujung jari kakinya, dengan posisi tangan terbuka. Badannya hanya ditutupi selembar daun pada masing-masing buah dada dan kemaluannya. Perlahan tangan-tangan dari kegelisahan dan kehausan datang merayap dari ujung kakinya. Tangan-tangan para lelaki terus menjulur keatas hingga batas pinggannya. Lalu semua menjadi diam bagai sebuah lukisan.

Cut to layar hitam.

Tittle Fade in : “ Note

Ini Penting :
Kalau nanti malam kau bertemu Tuhan,
Tolong tanyakan padanya apakah Adam diciptakan untuk memperkosa Hawa ?
Ini Penting !
                     Tebet, 24062001, Rieke Diah Pitaloka.

                                                            Perempuan (V.O.)
                                        Ada banyak cerita tentang perempuan.
                                        Ada banyak anak-anak perempuan
                                        di perkosa setiap harinya hanya untuk
                                        menyatakan kaidah lahir seorang perempuan.
                                        Dan betapa eloknya kehinaan jaman, karena
                                        tanpa telanjangpun perempuan ter-perkosa.